Jumat, 13 November 2015

SELINGKUH YUK

SELINGKUH YUKK.
Oleh : Aswar Saputra

Bagaikan gula meski pun hanya sebutir dengan sekejap mata akan berkumpul segerombolan semut, begitulah para infestor-infestor (pemilik modal) asing ataupun lokal dalam memanfaatkan Sumber Daya alam sebagai upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi serta status sosial sebagai "konglomerat" tentunya dengan potensi mendirikan perusahaan - perusahan swasta.

Dengan itu Keberhasilan para pemilik modal yang seksi mendapat perhatian khusus dari para pendiri partai-partai politik dengan penuh hasrat (selingkuh yuk) untuk memperkokoh partai dan memperpanjang langkahnya, biasanya dengan menjajikan suatu jabatan bagi konglomerat agar bisa bergabung di parpol yang digeluti(kontrak politik). tidak banyak yang bergabung sih, tapi tidak banyak pula yang tidak bergabung, kalau ingin berperut besar seperti politikus sukses yang biasa kita liat yah pasti bergabung lah. Namun, tidak semudah membalikkan telapak tangan. untuk mendapatkan partai beserta jabatannya, para konglomerat harus mengorek dana tabungannya terlebih dahulu untuk membeli partai (Elit partai). Padahal almarhum K.H. Abdurrahman Wahid pernah mengatakan bahwa "Tidak ada jabatan istimewah di dunia ini yang harus di perjuangkan mati-matian". kurang lebih sepertih itulah.
 
Syukur kalau berhasil mengalahkan keseksian dompet-dompet pengusaha lainnya, kalau tidak yah siap2 saja hanya menjadi tim sukses atau tim pemenengan saat lima tahunan telah berakhir (pesta rakyat), saat inilah yang dinanti oleh para bento-bento negeri untuk mendapatkan sedekah dari konglomerat tadi (money politic) dengan syarat "kontrak politik" yang harus di sepakati. karena, berfikir keinstanan maka kesepakatan pun terjadi.
 
Banyaknya orang yang memasuki stadiun sepak bola untuk menonton pertandingan dapat dihitung dari jumlah orang yang mempunyai tiket". begitupula kontrak yang di sepakati tadi "berapa bnyak sedekah yang akan di dapatkan itu ditentukan dari berapa banyak tiket yang dimiliki".(suara rakyat) untuk memilih kepala daerah, bahkan pemimpin negara pada pada saat pemiluh. Yah kurang lebih seperti itulah kontraknya.

Huffff..Tidak berhenti sampai disitu setelah kepala pemerintahan terpilih saat itu pula pemerintah menjalankan programnya (Program Pembangunan Dana Saham Lima Tahunan) sekaligus Melegitimasi kekuasaannya dengan pembangunan gedung-gedung yang pastinya bersifat privat dan itu akan merekayasakan kesengsaraan rakyat dengan membuat para bento-bento negeri slalu tersenyum setelah melihat indahnya gedung-gedung megah tersebut dari tengah , pinggir, hingga ke sudut kota (Rekayasa Sosial).
 
Terlepas dari Subtansinya sebagai pemerintah harusnya untuk mensejahtrakan rakyat, juga memiliki tugas yang harus dilaksanakan sebagai pemerintah berloyalitas tinggi terkhusus kepada para pengusaha-pengusaha yang telah diselingkuhinya ketika menjadi tim sukses atau tim pemenangan, wajib memberikan cendra mata (politik balas budi) berupah proyek pembangunan, jabatan tinggi di suatu perusahaan atau instansi, pengangkatan sebagai PNS, dan lain sebagainya. Begitulah reaksi mereka ketika Selingkuh.
 
dengan demikian wujud keadilan buram selama lima tahun pula. entah bagaimana lima tahun berikutnya dan lima tahun yang lainnya itu akan terjawab setelah melakoni perannya masing-masing. Karna akan di ketahui karakter kepemimpinan seseorang setelah di berikan suatu jabatan atau kekuasaan. Hmmm. Mungkin itu menjadi salah satu alasan bagi para penganggur berijasah. mereka lebih baik menjadi pengangguran sukses dengan phobia perselingkuhan daripada menjadi penghianat sukses yang selalu mengangguk-anggukan kepala di depan pimpinan lantaran bisu di depan kebenaran.

Selingkuh bukanlah satu-satunya jalan untuk mempertahankan jabatan, itu justru akan menjadi penjara neraka bagi diri sendiri tanpa kebebasan untuk beraktualisasi.

0 komentar:

Posting Komentar