SELINGKUH YUKK.
Oleh : Aswar Saputra
Bagaikan gula meski pun hanya sebutir dengan sekejap mata akan berkumpul segerombolan semut, begitulah para infestor-infestor (pemilik modal) asing ataupun lokal dalam memanfaatkan Sumber Daya alam sebagai upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi serta status sosial sebagai "konglomerat" tentunya dengan potensi mendirikan perusahaan - perusahan swasta.
Dengan itu Keberhasilan para
pemilik modal yang seksi mendapat perhatian khusus dari para pendiri
partai-partai politik dengan penuh hasrat (selingkuh yuk) untuk
memperkokoh partai dan memperpanjang langkahnya, biasanya dengan
menjajikan suatu jabatan bagi konglomerat agar bisa bergabung di parpol
yang digeluti(kontrak politik). tidak banyak yang bergabung sih, tapi
tidak banyak pula yang tidak bergabung, kalau ingin berperut besar
seperti politikus sukses yang biasa kita liat yah pasti bergabung lah.
Namun, tidak semudah membalikkan telapak tangan. untuk mendapatkan
partai beserta jabatannya, para konglomerat harus mengorek dana
tabungannya terlebih dahulu untuk membeli partai (Elit
partai). Padahal almarhum K.H. Abdurrahman Wahid pernah mengatakan bahwa
"Tidak ada jabatan istimewah di dunia ini yang harus di perjuangkan
mati-matian". kurang lebih sepertih itulah.
Syukur kalau berhasil
mengalahkan keseksian dompet-dompet pengusaha lainnya, kalau tidak yah
siap2 saja hanya menjadi tim sukses atau tim pemenengan saat lima
tahunan telah berakhir (pesta rakyat), saat inilah yang dinanti oleh
para bento-bento negeri untuk mendapatkan sedekah dari konglomerat tadi
(money politic) dengan syarat "kontrak politik" yang harus di sepakati.
karena, berfikir keinstanan maka kesepakatan pun terjadi.
Banyaknya
orang yang memasuki stadiun sepak bola untuk menonton pertandingan
dapat dihitung dari jumlah orang yang mempunyai tiket". begitupula
kontrak yang di sepakati tadi "berapa bnyak sedekah yang akan di
dapatkan itu ditentukan dari berapa banyak tiket yang dimiliki".(suara
rakyat) untuk memilih kepala daerah, bahkan pemimpin negara pada pada
saat pemiluh. Yah kurang lebih seperti itulah kontraknya.
Huffff..Tidak berhenti sampai disitu setelah kepala pemerintahan
terpilih saat itu pula pemerintah menjalankan programnya (Program
Pembangunan Dana Saham Lima Tahunan) sekaligus Melegitimasi kekuasaannya
dengan pembangunan gedung-gedung yang pastinya bersifat privat dan itu
akan merekayasakan kesengsaraan rakyat dengan membuat para bento-bento
negeri slalu tersenyum setelah melihat indahnya gedung-gedung megah
tersebut dari tengah , pinggir, hingga ke sudut kota (Rekayasa Sosial).
Terlepas dari Subtansinya sebagai pemerintah harusnya untuk
mensejahtrakan rakyat, juga memiliki tugas yang harus dilaksanakan
sebagai pemerintah berloyalitas tinggi terkhusus kepada para
pengusaha-pengusaha yang telah diselingkuhinya ketika menjadi tim sukses
atau tim pemenangan, wajib memberikan cendra mata (politik balas budi)
berupah proyek pembangunan, jabatan tinggi di suatu perusahaan atau
instansi, pengangkatan sebagai PNS, dan lain sebagainya. Begitulah
reaksi mereka ketika Selingkuh.
dengan demikian wujud keadilan
buram selama lima tahun pula. entah bagaimana lima tahun berikutnya dan
lima tahun yang lainnya itu akan terjawab setelah melakoni perannya
masing-masing. Karna akan di ketahui karakter kepemimpinan seseorang
setelah di berikan suatu jabatan atau kekuasaan. Hmmm. Mungkin
itu menjadi salah satu alasan bagi para penganggur berijasah. mereka
lebih baik menjadi pengangguran sukses dengan phobia perselingkuhan
daripada menjadi penghianat sukses yang selalu mengangguk-anggukan
kepala di depan pimpinan lantaran bisu di depan kebenaran.
Selingkuh bukanlah satu-satunya jalan untuk mempertahankan jabatan, itu justru akan menjadi penjara neraka bagi diri sendiri tanpa kebebasan untuk beraktualisasi.
0 komentar:
Posting Komentar