Jumat, 13 November 2015

PERTANYAANKU ATAS KEHIDUPAN

PERTANYAANKU ATAS KEHIDUPAN
Oleh : Masyudi Martani Padang

Kebanyakan manusia merasa Hidupnya tidak adil, hidupnya penuh dengan kesengsaraan, ketakutan dllnya, yang membuat dirinya semakin merosot jauh dari hal-hal yang berupa kebaikan, seperti yang pernah saya lihat di DP salah satu Kawan saya yaitu "apapun yang terlihat baik kalau sudah kecewa pasti kelihatan Buruk". perkataan Seperti itu dikeluarkan oleh manusia karena disebabkan beberapa tekanan-tekanan dan mengandung Subjektif (tegantung Kondisi Perasaannya).

Pertanyaan-pertanyaan yang selalu keluar dari mulut seorang manusia adalah mengapa aku dilahirkan seperti ini ? Bukankah tuhan maha adil? Namun mengapa menciptakan Kesengsaraan, penderitaan sedang ia berkuasa atas segala sesuatunya, mengapa tidak ia ciptakan saja kebahagiaan sehingga manusia bisa merasakan kebahagiaan saja bukan kesengsaraan, mengapa orang lain bisa kaya ? Mengapa saya begini-begini saja ? Mengapa selalu saya di sakiti orang ? Dan masih banyaknya pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan yang menurut ia tidak adil, tidak menafikan segalanya, saya pun selalu bertanya seperti begitu dalam hati paling dalam saya.

Manusia seperti gambaran diatas hakikatnya mengidap tiga kegelisahan yang ia sadari dan tiga kegelisahan yang ia tak sadari, penyakit yang ia derita adalah penyakit yang KOMPLIKASI : tak Betah Hidup, irama mentalnya Kacau, kesehatan tak menentu, hatinya gundah gundalah.
(Emha Ainun Najib)
.
Lebih jauh lagi Emha Ainun Najib menjelaskan tentang tiga kegelisahan yang ia sadari dan tiga kegelisahan yang ia tidak sadari. Pertama, kenapa ketidakadilan merajalela dan mengapa tuhan ikut-ikut tidak adil karena terbukti dia memberikan saja begitu banyak ketidakadilan. Kedua, segala peristiwa ketidakadilan itu diyakininya sebagai sunnatullah, sebagai takdir ilahi, sebagai sesuatu yang memang sudah dipastikan sejak dari sononya sehingga apapun yang dilakukan oleh manusia akan terasa sia-sia saja, sebagai manusia romantis manusia seperti itu tidak tahan hati melihat kesengsaraan yang telah terjadi didalam hidupnya. Ketiga, lebih celaka lagi ketika dan sesudah manusia sudah ditakdirkan untuk menderita serta mengalami segala sesuatu yang sudah di Skenariokan Tuhan padanya.

Sedangkan tiga kegelisahan yang tidak ia ketahui. Pertama, ia bermaksud menjadi tuhan, karena ia ingin kehidupan dan apapun yang terjadi dalam hidupnya sesuai dengan kemauannya dan keinginannya, itupun peran yang cocok buat dia adalah "Tuhan Yang egois". Kedua, adalah kesombongan khas manusia. Dalam ketidakpercayaan pada kemerdekaan yang diberikan tuhan kepadanya, ia justru menjadi rontok kepribadiannya sehingga ia tidak menjadi tegar, tetapi lebih memilih sedih dan putus asa. Ketiga, karena ia memang tak sadar memasuki suatu galaksi ilmu yang tidak sungguh-sungguh menguasainya.

Jadi apa yang dikatakan Emha Ainun Nadjib diatas bisa di gambarkan adalah manusia yang seperti itu menutup potensi-potensi dalam dirinya untuk menerima "kebeneran" dan ia tidak mengerti serta tidak sanggup mengikhlasi hakikat "kebenaran" dan "Realitas". Contoh anologinya seperti selalu orang katakan dan beberapa kawan saya juga sering mendiskusikan hal ini "bahwa yang beriman masuk surga dan yang kafir masuk neraka" padahal tidak bisa kita terangkan yang mana dikategorikan yang beriman dan yang mana dikategorikan kafir. Salah satu contoh lagi yang bisa saya sisipkan di tulisan ini adalah ketika ketaqwaan hanya di kategorikan sebagai manusia yang sering melaksanakan sholat, berpuasa, mengaji dllnya, sehingga cara berfikir kita tentang ketaqwan hanya sampai dibatas situ, sedangkan ketaqwan tidak hanya sebatas Sisi formalistanya saja. Namun ketaqwaan juga mencakup tingkah laku kita kepada ciptaan-ciptaan Tuhan, menolong sesama, dllnya. Sama dengan pembahasan diatas yang dikategorikan beriman dan dikategorikan kafir.

Sebagai manusia kita tidak usah bermuluk-muluk dalam menjalankan suatu kehidupan, jalani apa yang bisa kita jalani, karena mengeluh hanya menghabiskan tenaga serta pikiran, sehingga membuat kita pun jauh merosot kedalam keburukan.

0 komentar:

Posting Komentar