PERTANYAANKU ATAS KEHIDUPAN
Oleh : Masyudi Martani Padang
Kebanyakan manusia merasa Hidupnya tidak adil, hidupnya penuh dengan
kesengsaraan, ketakutan dllnya, yang membuat dirinya semakin merosot
jauh dari hal-hal yang berupa kebaikan, seperti yang pernah saya lihat
di DP salah satu Kawan saya yaitu "apapun yang terlihat baik kalau sudah
kecewa pasti kelihatan Buruk". perkataan Seperti itu dikeluarkan oleh
manusia karena disebabkan beberapa tekanan-tekanan dan mengandung
Subjektif (tegantung Kondisi Perasaannya).
Pertanyaan-pertanyaan
yang selalu keluar dari mulut seorang manusia adalah mengapa aku
dilahirkan seperti ini ? Bukankah tuhan maha adil? Namun mengapa
menciptakan Kesengsaraan, penderitaan sedang ia berkuasa atas segala
sesuatunya, mengapa tidak ia ciptakan saja kebahagiaan sehingga manusia
bisa merasakan kebahagiaan saja bukan kesengsaraan, mengapa orang lain
bisa kaya ? Mengapa saya begini-begini saja ? Mengapa selalu saya di
sakiti orang ? Dan masih banyaknya pertanyaan-pertanyaan tentang
kehidupan yang menurut ia tidak adil, tidak menafikan segalanya, saya
pun selalu bertanya seperti begitu dalam hati paling dalam saya.
Manusia seperti gambaran diatas hakikatnya mengidap tiga kegelisahan
yang ia sadari dan tiga kegelisahan yang ia tak sadari, penyakit yang ia
derita adalah penyakit yang KOMPLIKASI : tak Betah Hidup, irama
mentalnya Kacau, kesehatan tak menentu, hatinya gundah gundalah.
(Emha Ainun Najib)
(Emha Ainun Najib)
.
Lebih jauh lagi Emha Ainun Najib menjelaskan tentang tiga kegelisahan
yang ia sadari dan tiga kegelisahan yang ia tidak sadari. Pertama,
kenapa ketidakadilan merajalela dan mengapa tuhan ikut-ikut tidak adil
karena terbukti dia memberikan saja begitu banyak ketidakadilan. Kedua,
segala peristiwa ketidakadilan itu diyakininya sebagai sunnatullah,
sebagai takdir ilahi, sebagai sesuatu yang memang sudah dipastikan sejak
dari sononya sehingga apapun yang dilakukan oleh manusia akan terasa
sia-sia saja, sebagai manusia romantis manusia seperti itu tidak tahan
hati melihat kesengsaraan yang telah terjadi didalam hidupnya. Ketiga,
lebih celaka lagi ketika dan sesudah manusia sudah ditakdirkan untuk
menderita serta mengalami segala sesuatu yang sudah di Skenariokan Tuhan
padanya.
Sedangkan tiga kegelisahan yang tidak ia ketahui.
Pertama, ia bermaksud menjadi tuhan, karena ia ingin kehidupan dan
apapun yang terjadi dalam hidupnya sesuai dengan kemauannya dan
keinginannya, itupun peran yang cocok buat dia adalah "Tuhan Yang
egois". Kedua, adalah kesombongan khas manusia. Dalam ketidakpercayaan
pada kemerdekaan yang diberikan tuhan kepadanya, ia justru menjadi
rontok kepribadiannya sehingga ia tidak menjadi tegar, tetapi lebih
memilih sedih dan putus asa. Ketiga, karena ia memang tak sadar memasuki
suatu galaksi ilmu yang tidak sungguh-sungguh menguasainya.
Jadi
apa yang dikatakan Emha Ainun Nadjib diatas bisa di gambarkan adalah
manusia yang seperti itu menutup potensi-potensi dalam dirinya untuk
menerima "kebeneran" dan ia tidak mengerti serta tidak sanggup
mengikhlasi hakikat "kebenaran" dan "Realitas". Contoh anologinya
seperti selalu orang katakan dan beberapa kawan saya juga sering
mendiskusikan hal ini "bahwa yang beriman masuk surga dan yang kafir
masuk neraka" padahal tidak bisa kita terangkan yang mana dikategorikan
yang beriman dan yang mana dikategorikan kafir. Salah satu contoh lagi
yang bisa saya sisipkan di tulisan ini adalah ketika ketaqwaan hanya di
kategorikan sebagai manusia yang sering melaksanakan sholat, berpuasa,
mengaji dllnya, sehingga cara berfikir kita tentang ketaqwan hanya
sampai dibatas situ, sedangkan ketaqwan tidak hanya sebatas Sisi
formalistanya saja. Namun ketaqwaan juga mencakup tingkah laku kita
kepada ciptaan-ciptaan Tuhan, menolong sesama, dllnya. Sama dengan
pembahasan diatas yang dikategorikan beriman dan dikategorikan kafir.
Sebagai manusia kita tidak usah bermuluk-muluk dalam menjalankan suatu
kehidupan, jalani apa yang bisa kita jalani, karena mengeluh hanya
menghabiskan tenaga serta pikiran, sehingga membuat kita pun jauh
merosot kedalam keburukan.
0 komentar:
Posting Komentar