Jumat, 20 November 2015

ADA UPAYA MENGKAMBING HITAMKAN NAJWA SHIHAB TERKAIT PENCATUTAN NAMA PRESIDEN

ADA UPAYA MENGKAMBING HITAMKAN NAJWA SHIHAB TERKAIT PENCATUTAN NAMA PRESIDEN
Oleh : Effndy Ar@w
 
Belum lama ini kita disuguhi nyinyiran dari para clan media sosial semisal FB dan Twitter terkait ceramah ustadz Nur Maulana di salah satu stasiun televisi swasta. Tak berselang lama, kita lalu disuguhi tingkah laku ketua DPR RI atas pencatutan nama Presiden di PT. Freeport.

PT. Freport merupakan tambang terbesar di ujung timur Indonesia. Tambang yang terlampau lama di keruk oleh investor asing. Tambang yang begitu besar dalam mendokrak devisa negara. Sayang pembangunan di timur Indonesia tidak berbanding lurus dengan sumbangannya terhadap pembangunan nasional.

Perseteruan antara menteri ESDM Sudirman Said dengan ketua DPR RI Setya Novanto, tak lepas dari intrik memperoleh saham PT Freeport dan pembangunan pembangkit tenaga listrik di Papua dengan mencatut Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini akhirnya menyeret sang ketua DPR ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Bahkan perseteruan itu melahirkan sebuah gerakan dan petisi pemecatan Ketua DPR atas pelanggaran etik dan hukum berupa; pertama,  penyalah gunaan kekuasaan legislatif menurut konstitusi. Kedua, pencemaran nama baik pimpinan tertinggi pemerintahan dan negara. Ketiga, manipulasi informasi dengan menyebutkan Presiden dan Wapres meminta saham padahal tidak benar, dan keempat, Rakyat dan negara ikut dirugikan atas hal tersebut.
Dilain sisi, Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR berencana melapor ke Bareskrim Polri atas kasus bocornya foto surat laporan Menteri ESDM Sudirman Said. Rencana pelaporan disampaikan setelah foto tersebut muncul dalam wawancara eksklusif pada program Mata Najwa di Metro TV, Senin (16/11).

Padahal jika dinilai, apa yang ditampilkan oleh Najwa Shihab telah sesuai dengan prosedur jurnalistik dan kode etik. Lebih lanjut, wartawan atau jurnalis diperbolehkan untuk mendapatkan data atau bukti yang terkait dengan informasi publik. Jika di simak, maka hal demikian merupakan sebuah prestasi tersendiri. Mestinya, mbak Nana (sapaan akrabnya) mendapatkan penghargaan bukan malah di polisikan.

Selamat datang kegaduhan baru. Dengan terbukanya identitas dari pencatut, hasil wawancara putri berdarah Makassar, anak kedua Mufassir (ahli tafsir) Quraisy Shihab, Menteri Agama era Kabinet Pembangunan Jilid VII. Pertanyaan besar yang mesti di jawab serta harus di perhatikan secara seksama adalah siapakah yang hendak di pilih oleh MKD sebagai pihak yang di laporkan..?

Lebih lanjut, jika pelaporan itu telah dilakukan MKD, bukankah itu adalah bagian dari upaya MKD memecah masalah..? Bahkan berpotensi pada pelaporan Menteri ESDM Sudirman Said tidak di tindaklanjuti secara sungguh-sungguh. Kalau masalah besar dan serius yang berkaitan dengan ketua DPR RI Setyo Novanto betul-betul tidak di bereskan, maka apa yang dulu di wacanakan Presiden ke IV Abdurrahman Wahid (Gus Dur), memang perlu di tindaklanjuti yakni; Pembubaran Lembaga DPR...!!

0 komentar:

Posting Komentar