Oleh : Arifin Zainuddin Laila
Didalam pembukaan undang – undang dasar 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Serta visi pendidikan nasional yakni, untuk mencari kebenaran, kemandirian dan profesional, pengabdian kepada publik, pendidikan hati, dan tekanan dimensi moral.
Namun Ironisnya potret sebagian lembaga pendidikan pada saat ini terkadang sangat jauh dengan subtansinya.
seperti yang dikatakan oleh ki hajar dewantara yang mengartikan pendidikan secara luas, bahwa pendidikan itu bukan sebuah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan.
yaitu mewujudkan manusia indonesia yang merdeka, lahir dan batinnya, merdeka secara lahiriah, artinya tidak di jajah secara fisik, ekonomi, politik dan budaya
namun fakta yang kerap kali terjadi khususnya di dunia pendidikan seakan - akan hanya mempunyai fungsi sebagai alat yang memproduksi tenaga kerja,
Pandangan yang terdapat pada para pelajar saat ini kebanyakan menganggap sekolah adalah sebuah hal yang wajib, sebagai syarat utama menuju dunia kerja.
Artinya bangsa kita yang menempuh pendidikan hanya terkonsentrasi pada pandangan bahwa maunusia yang sukses itu adalah manusia yang mempunyai profesi yang dapat memberikan kesejahteraan ( bergelimang harta )
karna harta yang melimpah adalah syarat utama untuk memenuhi keinginan manusia.
Hal demikian tentunya mengundang pertanyaan tersendiri bagi kita.
Apa yang melatar belakangi pandangan – pandangan tersebut muncul di bangsa kita, dan mengapa pendidikan kita,tiba – tiba berubah menjadi orientasi pasar....?
Penulis akan sedikit mengurai tentang kekuasaan negara yang berkolaborasi dengan kekuatan ekonomi global yang menimbulkan dampak negatif dalam segala sektor negara, termasuk dalam dunia pendidikan
Di mulai dari tahun 1511 pengaruh imperealisme sebagai perpanjangan tangan kapitalisme, telah masuk merambah ke bumi nusantara dan terus menjadi ancaman terhadap perkembangan bangsa kita.
Yang hingga saat ini masih kita rasakan Dimulai dari abad 15 di inggris yang ditandai dengan munculnya revolusi industri, lalu kemudian berkembang sampai di fase 1750 – 1914.
dimana terjadi pergeseran prilaku kapitalis yang mulanya hanya perdagangan publik merambah ke wilayah yang mempunyai jangkauan lebih luas yaitu industri
transformasi dari dominasi modal beralih ke dominasi industri yang secara otomatis memperkuat dominasi dan kekuatan kapitalis di berbagai belahan dunia, termasuk di asia.
Pasca 1914 mulai muncul kesadaran bangsa – bangsa yang memanifestasikan kesadaran tersebut, menjadi sebuah perlawanan atas imperealisme yang melakukan ekspansi dan eksploitasi ke berbagai wilayah,Khususnya di asia dan afrika.
Dimana perlawanan bangsa – bangsa pada saat itu berhasil mengantarkannya pada pintu kemerdekaan.
Karna takut kehilangan pengaruh di negara – negara yang baru saja merdeka ini, kembali lagi para kapitalisme global melakukan konsolidasi, yang berhasil menciptakan paradikma develomentalisme ( pembangunan )
Yang tentunya akan di terapkan di negara – negara yang baru saja merdeka, paradikma tersebut berhasil masuk di indonesia dan digunakan pada rezim orde baru,
Rezim orde baru adalah cikal bakal modal asing atau pengaruh kapitalisme masuk merambah ke segalah sektor lini di indonesia.
pembentukan lembaga-lembaga,seperti BANK WORLD, 1946 yang bertugas memberi pinjaman bagi negara – negara yang baru merdeka untuk melakukan pembangunan.
IMF, , yang beroprasi tahun 1947 berfungsi memberi pinjaman terhadap negara – negara yang baru saja merdeka, termasuk indonesia
lalu kemudian GATT berfungsi memajukan dan mengatur perdagangan dunia agar sesuai dengan kepentingan kapitalis.
Kekuatan struktural ekonomi kapitalisme
bukan hanya berhasil merambah masuk ke dunia industri, akan tetapi juga masuk kedalam dunia pendidikan kita.
Yang secara perlahan - lahan menggeser spirit perjuangan bangsa kita, padahal sejarah mencatat bahwa Bangsa kita dikenal sebagai mental yang punya spirit perlawanan,
seketika diubah menjadi bangsa yang bermental konsumeris, hedonis, dan pragmatis demi sebuah kepentingan pasar.
Khususnya di masa orde baru lahir berbagai kebijakan kebijakan menyangkut dengan dunia pendidikan,yang sifatnya sangat politis.
diantaranya doktrinisasi ideologi militerisme yang secara sistematik menyeragamkan mulai dari cara berpakaian, sampai ke cara berfikir.
suplemen materi serta buku – buku yang di tentukan sesuai dengan kebutuhan kapitalisme. Disisi lain perubahan kurikulum dari masa ke masa, mengalami ketidak jelasan.
Sampai saat ini masih terdapat berbagai ketimpangan – ketimpangan yang terjadi di dunia pendidikan kita saat ini, antara lain terdapat bebrapa proyeksi komersial Oleh ognum penyelenggara pendidikan,
Belum lagi profesionalisme sebahagian tenaga pengajar saat ini, tidak melaksanakan kewajiban mereka sebagaimana mestinya seorang pendidik.
Akan tetapi mereka menjalankan profesi mereka tidak lain karna sebuah tuntutan hidup mereka, praktek pendidikan gaya BANK (faulo freyre), bukan lagi pemandangan yang baru di sistem pendidikan kita saat ini.
Maka dari itu jangan heran ketika pendidikan kita saat ini outputnya bukan menciptakan generasi yang berbudi pekerti, menjunjung nilai – nilai kemanusian, serta membentuk karakter yang mandiri dan profesional, melainkan terbentuknya karakter yang hedonis dan pragmatis.