Rabu, 07 Oktober 2015

IKHLAS BER-FISIP

Beberapa hari lalu UNANDA melaksanakan OSPEK penyambutan maba. FISIP tentulah kecipratan euforianya. Tapi justru di saat seindah itu anda merasa tertimpa peristiwa yang bikin sakitnya tuh di sini, juga di situ.
Ceritanya, silahkan di simak saja dibeberapa tulisan saya yang mungkin tidak penting-penting amat, dan telah terpublis di wall ini sejak milad ke-13 SEMA FISIP yang tanggal, bulan, tahun dan sejarah yang melatar belakanginya telah tekoyak-koyak oleh orang-orang yang seolah bertanggung jawab, serta pahlawan yang menyerupai serigala berbulu domba.
Ini sungguh tak dapat dibiarkan. Tentu saja saya, anda dan mungkin kita merasa malu diri, hina diri, atau muak dengan hal-hal remeh temeh terkait soal itu. Masak beliau almukarom ketua senat dan barisannya dalam hal ini SEMA FISIP ingin di PSSI kan, ingin di Golkar kan, ingin di PPP kan. Cuma karena persoalan hati yang membatu dan membuta oleh segelintir orang yang tak faham roda Organisasi. Nah, bagaimana dengan tidak terlantiknya pengurus kali ini..? Aih, aih, itu sih bukan soal penting. Percayalah, mereka yang pernah mengurusi dan merasakan asam garam SEMA FISIP telah khatam jilid 6 kalau cuma untuk perkara-perkara eksistensial duniawi seremeh itu. Lagipula, ikhlas memang merupakan salah satu syarat rahasia bagi para perintis, pendiri, penggerak, dan pengurus SEMA FISIP agar sukses.
Menjadi pengurus SEMA FISIP memang wajib ikhlas. Saya kira, itulah kiat rahasia yang utama. Buat anda yang ingin atau mau sekali mengurusi dan merusak sekalian bangunan SEMA FISIP, saya sarankan anda harus mulai mempelajari ilmu ikhlas yang rahasia ini. Mari kita bahas satu demi satu. Siapkan saja buku catatan serta pena anda.

IKHLAS DI KATAI TIDAK ILMIAH & ASAL NGOMONG
Dunia kampus kita memang masih gagap dan belum siap dengan arus besar perkembangan kelembagaan mahasiswa. Maka menjadi pengurus SENAT pun wajib ikhlas dianggap tidak ilmiah dan juga asal ngomong. Masyarakat FISIP sangat utuh memahami bahwa era Jokowi itu adalah era dimana harus ikut apa kata mamah, era di mana semakin membutuhkan kedekatan antara sianak patuh dan simamah yang terlalu banyak ikut campur. Padahal, karakter interaktif sebuah gagasan dan cita rasa obrolan warung kopi dalam merangkai kepengurusan SENAT periode sebelumnya saya kira kunci, kenapa FISIP selalu memunculkan ide serta warna tersendiri dalam berkegiatan.

IKHLAS MENERTAWAKAN DIRI SENDIRI
Ini memang tantangan olah-spiritual tingkat tinggi. Anda yang pernah duduk di positioning Ketua atau setidak-tidaknya menjadi pengurus senat. Tentu anda terbiasa menertawakan orang lain. Mulai dari menertawakan Farhat Abbas lah, Sutan Batoegana lah, Haji Lulung lah, Tere Liye lah, Jokowi lah, Felix Siauw lah, atau menertawakan Ustadz Yusuf Mansur..! Bahkan menertawakan MUI..! Menertawakan ulama..! Astaghfirullaaah…
Begitulah kalau belum makrifat, masih memandang tanpa terawangan batin. Padahal yang terjadi sesungguhnya: orang seperti GUS DUR itu sedang menertawakan dirinya sendiri. Simak saja joke-joke nya. Ketika dia satu kali menertawakan bangasanya. Itulah tugas kekhalifahan seorang hamba Allah bernama GUS DUR. Dan pada bidang itu, Gus Dur sudah sampai pada titik pencapaian keikhlasan yang tak tertandingi. Silahkan berlatih untuk mencapai maqom itu

IKHLAS DI CAMPAKKAN
Menurut sahibulhikayat, medan persaingan atau pergunjingan untuk SENAT FISIP belakangan ini luar biasa panas. Konon perharinya rata-rata hingga 10-an cerita yang masuk di telinga penulis. Tak ayal, jika Mrs. Glasess tumbuh menjadi wanita sadiz berdarah dingin. Saya, anda, dan kita sendiri berkali-kali menjadi korbannya yang paling mengenaskan. Banyak tawaran solusi, ide, serta gagasan yang dicampakkan begitu saja. Padahal semua wanita di dunia ini tahu, bagaimana rasanya dicampakkan.
Sebenarnya masih mending sih kalau cuma dicampakkan. Tetapi jika yang terjadi nggak dianggep sama sekali. Dicuekin. Diterima enggak, ditolak pun enggak. Tanpa kabar berita. Nah, kalian sendiri paham realitas batin di lapangan: diabaikan itu seribu kali lebih periiiih ketimbang ditolak. Silahkan tanya kakak Nuran Wibisono kalau nggak percaya…
Begitulah. Mari belajar ikhlas.

Tulisan ini Sudah Terbit di FORUM KOMUNIKASI ALMUNI DAN WARGA FISIP UNANDA yang ada di FACEBOOK Berapa hari yang lalu.

1 komentar: