Senin, 12 Oktober 2015

PENDIDIKAN DIBANGSAKU

kemajuan suatu bangsa ditandai dengan kualitas sumber daya manusianya (SDM), bangsa yang telah melaju pesat disegala bidang adalah bangsa yang menfokuskan diri dibidang sektor Pendidikannya, itu bisa kita liat dari bangsa atau negara-negara maju dibelahan dunia ini. sedangkan dibangsaku tidak dapat kulihat seperti di Negara-negara lain pada umumnya.

Ternyata dibangsaku indeks Kualitas Sumber Daya Manusianya belum mencapai standarnya, Pendidikan hanya di gunakan sebagai alat untuk merubah Nasib hidup bukan untuk memanusiakan Manusia serta mengeluarkan manusia dari Kebodohan dllnya, pendidikan dibangsaku yang dinamai Sekolah serta  Perguruan Tinggi Negeri ternyata mendapatkan apresiasi dari masyarakat luas di bangsaku, masyarakat pada umumnya menganggap bahwa Sekolah/Perguruan Tinggi adalah wadah untuk mencari ilmu, namun apa bila kita mengkaji lebih dalam ternyata tujuannya cuman ingin mendapatkan Ijasah kelulusan untuk mendapatkan suatu pekerjaan, sehingga pekerjaan ini dapat merubah nasib dari Standar Ke level atas, jadi dapat kita simpulkan bahwa Sekolah/Perguruan Tinggi Negeri hanya menjadi "Pabrik" dan Murid/Mahasiswa menjadi "Buruh"

Pendidikan yang di atur dalam UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa Tujuan Pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, tidak mendapatkan tempatnya di Sekolah/Perguruan Tinggi Negeri, Sarana pendidikan yang saat ini dapat kita jumpai sebagai Sarana Proyek Komersialisasi dan upaya Industrinisasi, efeknya Guru/dosen hanya mengajar sebagai Formalitas saja dengan pemuatan-pemuatan materi pembelajaran yang ada, Sedangkan Murid/Mahasiswa hanya study oriented, menjadi Individualistik tanpa mau mengurusi permasalahan Umat.

Menoleh dari beberapa Kejadian yang disebabkan Rusaknya sistem pendidikan kita adalah Tawuran antar Pelajar, Korupsi dimana-mana, mengerasnya Budaya Konsumtif yang serba instan dan praktis, terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, terjadinya Pemukulan oleh seorang Guru kepada muridnya dll. yaa seperti itulah contoh-contoh yang terjadi akibat Sistem Pendidikan Dibangsaku. Kata orang banyak, Orang yang berpendidikan adalah orang yang Bersekolah, Sedangkan orang yang tidak bersekolah adalah orang yang tidak berpendidikan. namun ternyata malah orang-orang yang menemukan sesuatu seperti bola lampu dllnya adalah orang-orang yang tidak pernah merasakan dunia Pendidikan (Sekolah/Perguruan Tinggi Negeri) jadi apakah Mungkin dikatakan Sekolah dan Perguruan Tingi sebagai Wadah Mencari Ilmu ?

Salah satu merosotnya Sektor Ekonomi dibangsaku merupakan Pengaruh dari Dunia pendidikan di bangsaku, Manusi-Manusia yang Bersekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga Keperguruan Tinggi Negeri di Doktrinisasi menjadi Manusia yang Konsumtif, sehingga membuat manusia-manusia dibangsaku merasa agak Gengsi memakai Produk-produk dalam negeri kebanding Produk-produk Luar negeri, yang membuat Menguatnya Impor dan melemahnya Ekspor di bangsaku.

Dibidang Sosial, dunia pendidikan yang carut-marut ini bisa kita liat juga pengaruhnya dibidang sosial seperti contohnya terjadinya pemisahan derajat seseorang antara Si kaya dan Si miskin ditengah-tengah masyarakat, manusia yang dikatakan sebagai golongan Kaya akan membanggakan dirinya sebagai manusa yang diprioritaskan dalam dunia pendidikan, sedangkan si miskin hanya numpang sehingga terjadinya Dehumanisasi di dunia pendidikan.

Mengutip Kata dari Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Anis Baswedan), Seorang pelajar jangan dilihat hanya sebagai Pelajar, namun mereka harus dilihat sebagai generasi Bangsa yang akan melanjutkan Pembangunan bangsa kedepannya, Seperti salah satu Bapak Pendidikan Modern yang dimiliki Bangsa ini yaitu Ki Hajar Dewantara yang telah mendirikan Taman Siswa pada Tahun 1992 yang sesuai dengan Metode pembelajarannya yaitu "Ing Ngarsa Sung Tulada", "Ing Madya Mangun Karsa" Serta "Tut Wuri Handayani" menawarkan Konsep pendidikan yang berfokus kepada Pendidikan yang berkarakter, Konsep itu kita kenal adalah Konsep Pancawardhana yaitu (Daya Cipta, Karsa, Karya, Rasa dan Moral).

Selain Konsep Taman Siswa yang didirikan Oleh Ki Hajar Dewantara, terdapat pula Lembaga Pendidikan yang mewarisi sistem-sistem pendidikan masyarakat kuno nusantara yaitu Pesantren. pesantren yang tidak pernah dijajah oleh Bangsa Penjajah pada saat itu bahkan pesantren melakukan Peralawan Terhadap bangsa penjajah setelah runtuhnya Kerajaan-kerajaan Nusntara tidak mendapatkan Perhatian Khusus Oleh pemerintah. Pesantren dianggap bukan Suatu Wadah Persekolahan, namun Kenyataanya Malah lulusan Pesantrenlah yang banyak Membangun Bangsa ini serta Setia Mempertahankan Budaya yang dimiliki Bangsa ini sebagai Warisan Masyarakat Nusantara Kuno yang perlu di Lestarikan Terus Menerus. seperti contoh alumni-alumni Pesantren yang telah melahirkan Beberapa Tokoh Nasional adalah KH.Hasyim Asy'ari, KH.Wahab Chasbullah, serta KH.Wahid Hasyim yang menjadi Salah Satu Perumus ideologi bangsa (PANCASILA).

Disadari atau tidak, bahwa memang Pendidikan Kita Berjalan Ditempat, atau tidak berubah sama sekalipun dengan sistem pendidikan di jaman Kolonial, Kurikulum yang sering berubah-ubah sesuai dengan Keinginan suatu kelompok menyebabkan dunia Pendidikan Menjadi Gamang dan tidak jelas arahnya. Di saat Seperti ini Pemerintah Seharusnya Memfokuskan serta Merekonstruksi dunia pendidikan, Sehingga Pendidikan di Bangsa ini Sesuai dengan Amanat UUD 1945 yaitu "Mencerdaskan Segala Bangsa" serta cita-cita Leluhur yang menghasilkan Manusia-manusia Berakhlak mulia, Berketerampilan, Berwawasan  Yang luas, berkarakter serta dapat menciptakan Indusitri-industri yang dapat membangun bangsa ini kearah yang lebih maju dan Baik.

Rabu, 07 Oktober 2015

BERFISIP : ANTARA CINTA DAN KEKUASAAN

banyak orang yang mengatakan bahwa mereka sangat mencintai, para pencinta mengakatakan bahwa mereka mencintai kekasihnya, Mahasiswa fisip mengatakan Saya Mencintai Fakultas Saya Beserta Lembaganya, sang guru/Dosen mengatakan mencintai Murid/Mahasiswanya, dan Negara pula mengatakan mencintai rakyatnya. namun tragisnya, para mereka yang mengatakan bahwa mereka mencintai tidak terlalu paham tentang arti cinta dan mencintai itu sendiri, cinta memanglah agak sulit di artikan karena cinta merupakan olahan Perasaan Subjekvitas dari Seseorang, berbagai ahli-ahli telah mengeluarkan Teori Cinta itu sendiri yang membuat kita semakin bingung, maka tidak heran jika kemudian seseorang menafsirkan sendiri tentang cinta dan mencintai, sehingga ia tidak terkungkung dalam definisi cinta dan mencintai yang dibuat oleh para Ahli.

Cinta yang bisa digambarkan oleh Penulis yaitu adalah pancaran Persahabatan, perdamaian, keakraban, Keindahan dan peduli kepada sesama. dari pengertian yang sederhana itu, cinta bisa kita artikan sebagai kerangka peradaban yang manusiawi, yang menjadi pertanyaan besarnya adalah Apakah Cinta yang agung dan tulus telah menjelma dalam Kehidupan sehari-hari, khususnya mencintai Lembaga ? Jawabannya Belum. karena cinta Lembaga masih disusupi dengan naluri kepemilikan dan Penguasaan Pribadi dan itu sudah di anggap wajar-wajar saja dan dapat diterima dengan begitu saja.

Contonya dapat kita lihat dari Beberapa kejadian yang telah terjadi ditubuh Fisip unanda, para bapak-bapak dan ibu-ibu banyak membatasi gerak kreavitas anaknya dengan berbagai alasan, mereka lebih memilih menyeragamkan pemikiran serta kreativitas anak-anaknya yang sudah tentu dapat kita lihat bahwa setiap anak memilihki pemikiran lain dalam membangun Lembaganya (yang tidak ikut sama orang tua akan dikesampingkan dan tidak diperhitungkan dalam Keluarga), contoh lainya juga dapat kita liat dari sang kakak yang melakukan hal sama seperti orang tuanya kepada Adik-adiknya bahkan untuk memuaskan hasrat cintanya kepada adiknya ia tega melakukan perbuatan yang kurang manusiawi. ketakutan dari orang tua beserta kakak-kakak adalah kehilangan Power dihadapan sang adik-adik, karna sang adik-adik memiliki keberanian dalam mengkritik mereka.

Kejadian seperti diatas bisa kita katakan sebagai kurang pahamnya kita dalam mengenal kata cinta dan mencintai, ternyata selama ini kita mencintai bukan karena cinta lembaga dan Adik-adik namun lebih kearah mencintai diri sendiri. cinta yang selama ini kita lakukan dalam lembaga sering dibalut dengan Hasrat Kekuasaan dan pengaturan (syarat) yang menciderai prisip cinta itu sendiri yaitu Penuh kasih sayang dan kedamaian. cinta bukan lagi sebuah pengorbanan namun menjadi Tuntutan, kalau tuntutan tersebut tidak dijalankan maka yang terjadi adalah sebuah kekerasan.

Jadi kalau cinta diartikan sebagai pancaran Persahabatan, keindahan yang penuh kasih sayang dan damai maka yang harus terjadi dalam proses kelembagaan adalah kondisi dan suasana kondusif, tentram dalam tubuh Fisip itu sendiri sehingga hubungan Silaturahim antar Bapak-ibu-kakak-dan adik bisa berjalan dengan baik .

TINJU OLAHRAGA POPULER FISIP

Tulisan ini hadir atas refleksi perkelahian antar angkatan FISIP 2 hari yang lalu (06/oktober/2015)
Bagi banyak orang, sepakbola dianggap sebagai olahraga rakyat. Coba saja disurvei, pasti mayoritas masyarakat Indonesia akan mengatakan demikian. Mengapa? Kemungkinan besar karena cuci otak lewat berbagai siaran langsung di televisi. Mungkin satu-satunya kata yang menyaingi keterkenalan Raffi Ahmad adalah sepakbola. Namun belakangan ini, selera sepak bola nasional mengalami penurunan drastis. Tak salah lagi, pemicunya adalah ketidak becusan PSSI dalam mengelola persepak bolaan Tanah Air, di tambah lagi konflik PSSI dengan Kemenpora semakin meruncing dan belum menemui titik temu. Bahkan FIFA selaku lembaga/organisasi yang menaungi sepak bola dunia belum mengambil sikap yang tegas terkait persepak bolaan Tanah Air, bahkan FIFA pun juga terserang Patologi Korupsi (untung di Indonesia tidak Begitu)

Jadi, jelas, sepakbola yang penuh kerja bersama dan koordinasi tidak akan mampu diterapkan di FISIP karena urusan koordinasi. Tidak nyambung, ya? Silakan disambung-sambungkan sendiri. Yang jelas para kaum lelaki mulai agak malas-malasan dengan olahraga yang satu ini. Padahal olahraga ini mampu meredam segala bentuk ekstriminitas yang kerap merasuki gejolak kaum muda. Atau dalam syair bang Rhoma di Gambarkan cukup gamblang melalui lagu Darah Muda. Darah Muda//Darahnya para remaja//Yang selalu merasa Gagah//Tak pernah mau mengalah//(silakan dilannjutkanlah sendiri).
Baik kita tinggalkan Sepak Bola dan Dangdut itu. Meski keduanya adalah media komunikasi paling pas mencairkan suasana serta ketegangan lintas entnis, angkatan, usia, bahkan agama. Family Gathering, yang belum sebulan lalu kita laksanakan sepertinya tak punya effeck dalam meretas kebusukan yang ada di tubuh FISIP. Kegiatan itu seolah menjadi gaya-gayaan. Bahkan konsensus yang telah disepakati bersama di lantai 2 kampus UNANDA serta RAPAT AKHIR PANITIA FAMILY GATHERING terciderai orang-orang telah menyepakatinya.
Ini lebih parah, lebih hina, lebih jorok, lebih busuk, bahkan lebih menjijikkan dari para rombongan kucing, atau tikus yang banyak mengais rezeki di malam hari di tempat sampah. Setahu penulis para rombongan diatas tak pernah menjilat kembali muntahan mereka. Tetapi kita yang mengklaim diri sebagai mahluk paling mulia dengan berkah akal fikiran dari sang pencipta justru menjilati muntahan kita sendiri. Bagi saya, olahraga yang paling pas untuk meningkatkan prestasi dan mengharumkan nama FISIP di kampus adalah TINJU. Olahraga yang kerap dikecam karena sarat kekerasan, bahkan bisa berujung kematian itulah yang paling pas untuk FISIP ini. Saya berikan alasan mengapa tinju tepat untuk FISIP.
 
Budaya gerombolan atau tawuran, rasanya makin marak. Dimeriahkan oleh televisi dan Youtube, dan bahkan telah merambah dunia pendidikan. Ironisnya, yang terlibat malah bangga karena terkenal. Budaya menindas orang lain karena jumlah massa, punya kuasa, solidaritas buta dan sebagainya, membuatnya menjadi marak. Budaya seperti ini harus dikembangkan, bahkan disebarvdi pelosok negeri. Karena kegiatan ini dasarnya adalah tinju, dengan prinsip dasar bahwa walau sendiri kita harus tetap berani. Dengan berlatih tinju sejak dini, anak-anak dilatih menjadi ksatria di dalam dan di luar ring. Memiliki ‘pegangan’ bela diri individual untuk kesehatan, melindungi orang lain, dan jiwa berkompetisi. Selain itu, mereka akan diberi pengertian, bahwa aturan kekerasan adalah aturan yang lebih mulia dari hukum rimba. Anjriiiittt, miriplah kalian sama artis peran utama di sinetron Ganteng-Ganteng Seringgila atau Serigala Terakhir bahkan ingin menyaingi aksi di film Crow Zero.
Tinju adalah olahraga individual yang sangat sarat pencapaian diri sendiri. Meski demikian, kegiatan ini dapat pula di lakukan secara berjamah di luar ring karena syarat latihan keras. Dan tentu sangat jauh dari cap JONES (Jomblo Ngenes) yang selalu sendiri.

Mungkin benarlah pepatah yang mengatakan bahwa malas membaca lebih baik menjadi petinju. Karena mengasah otak dengan membaca akan membuat kerja otak menjadi lebih berat, dan berdampak pada anjoknya harga jual otak di pasaran organ karena kelelahan atau masa kerja telah mengalami pelemahan. Terakhir, Siapa tahu dengan latihan tinju nasib mereka dan juga nasib FISIP bahkan negeri ini dapat berubah. Mari bertinju dan buktikan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu.

IKHLAS BER-FISIP

Beberapa hari lalu UNANDA melaksanakan OSPEK penyambutan maba. FISIP tentulah kecipratan euforianya. Tapi justru di saat seindah itu anda merasa tertimpa peristiwa yang bikin sakitnya tuh di sini, juga di situ.
Ceritanya, silahkan di simak saja dibeberapa tulisan saya yang mungkin tidak penting-penting amat, dan telah terpublis di wall ini sejak milad ke-13 SEMA FISIP yang tanggal, bulan, tahun dan sejarah yang melatar belakanginya telah tekoyak-koyak oleh orang-orang yang seolah bertanggung jawab, serta pahlawan yang menyerupai serigala berbulu domba.
Ini sungguh tak dapat dibiarkan. Tentu saja saya, anda dan mungkin kita merasa malu diri, hina diri, atau muak dengan hal-hal remeh temeh terkait soal itu. Masak beliau almukarom ketua senat dan barisannya dalam hal ini SEMA FISIP ingin di PSSI kan, ingin di Golkar kan, ingin di PPP kan. Cuma karena persoalan hati yang membatu dan membuta oleh segelintir orang yang tak faham roda Organisasi. Nah, bagaimana dengan tidak terlantiknya pengurus kali ini..? Aih, aih, itu sih bukan soal penting. Percayalah, mereka yang pernah mengurusi dan merasakan asam garam SEMA FISIP telah khatam jilid 6 kalau cuma untuk perkara-perkara eksistensial duniawi seremeh itu. Lagipula, ikhlas memang merupakan salah satu syarat rahasia bagi para perintis, pendiri, penggerak, dan pengurus SEMA FISIP agar sukses.
Menjadi pengurus SEMA FISIP memang wajib ikhlas. Saya kira, itulah kiat rahasia yang utama. Buat anda yang ingin atau mau sekali mengurusi dan merusak sekalian bangunan SEMA FISIP, saya sarankan anda harus mulai mempelajari ilmu ikhlas yang rahasia ini. Mari kita bahas satu demi satu. Siapkan saja buku catatan serta pena anda.

IKHLAS DI KATAI TIDAK ILMIAH & ASAL NGOMONG
Dunia kampus kita memang masih gagap dan belum siap dengan arus besar perkembangan kelembagaan mahasiswa. Maka menjadi pengurus SENAT pun wajib ikhlas dianggap tidak ilmiah dan juga asal ngomong. Masyarakat FISIP sangat utuh memahami bahwa era Jokowi itu adalah era dimana harus ikut apa kata mamah, era di mana semakin membutuhkan kedekatan antara sianak patuh dan simamah yang terlalu banyak ikut campur. Padahal, karakter interaktif sebuah gagasan dan cita rasa obrolan warung kopi dalam merangkai kepengurusan SENAT periode sebelumnya saya kira kunci, kenapa FISIP selalu memunculkan ide serta warna tersendiri dalam berkegiatan.

IKHLAS MENERTAWAKAN DIRI SENDIRI
Ini memang tantangan olah-spiritual tingkat tinggi. Anda yang pernah duduk di positioning Ketua atau setidak-tidaknya menjadi pengurus senat. Tentu anda terbiasa menertawakan orang lain. Mulai dari menertawakan Farhat Abbas lah, Sutan Batoegana lah, Haji Lulung lah, Tere Liye lah, Jokowi lah, Felix Siauw lah, atau menertawakan Ustadz Yusuf Mansur..! Bahkan menertawakan MUI..! Menertawakan ulama..! Astaghfirullaaah…
Begitulah kalau belum makrifat, masih memandang tanpa terawangan batin. Padahal yang terjadi sesungguhnya: orang seperti GUS DUR itu sedang menertawakan dirinya sendiri. Simak saja joke-joke nya. Ketika dia satu kali menertawakan bangasanya. Itulah tugas kekhalifahan seorang hamba Allah bernama GUS DUR. Dan pada bidang itu, Gus Dur sudah sampai pada titik pencapaian keikhlasan yang tak tertandingi. Silahkan berlatih untuk mencapai maqom itu

IKHLAS DI CAMPAKKAN
Menurut sahibulhikayat, medan persaingan atau pergunjingan untuk SENAT FISIP belakangan ini luar biasa panas. Konon perharinya rata-rata hingga 10-an cerita yang masuk di telinga penulis. Tak ayal, jika Mrs. Glasess tumbuh menjadi wanita sadiz berdarah dingin. Saya, anda, dan kita sendiri berkali-kali menjadi korbannya yang paling mengenaskan. Banyak tawaran solusi, ide, serta gagasan yang dicampakkan begitu saja. Padahal semua wanita di dunia ini tahu, bagaimana rasanya dicampakkan.
Sebenarnya masih mending sih kalau cuma dicampakkan. Tetapi jika yang terjadi nggak dianggep sama sekali. Dicuekin. Diterima enggak, ditolak pun enggak. Tanpa kabar berita. Nah, kalian sendiri paham realitas batin di lapangan: diabaikan itu seribu kali lebih periiiih ketimbang ditolak. Silahkan tanya kakak Nuran Wibisono kalau nggak percaya…
Begitulah. Mari belajar ikhlas.

Tulisan ini Sudah Terbit di FORUM KOMUNIKASI ALMUNI DAN WARGA FISIP UNANDA yang ada di FACEBOOK Berapa hari yang lalu.