Sabtu, 10 September 2016

CERITA KAKEK DAN NENEK KU TENTANG PERAYAAN KEMERDEKAAN YANG TAK MERDEKA



Oleh : Angga Mayolus Linus

Selamat merayakan hari ulang tahun tanah beta tanah kelahiran nenek moyang juang kita ,yang ke 71 tahun lamanya yaa setarah dengan umur Kakek nenek ku yang tinggal sudut sudut kekayaan tanah kelahirannya, tetapi semangat mereka dalam merayakan kemerdekaan dan akan cinta terhadap tanah kelahirannya dengan simbol DARAH TULANG yang masih mereka pertahankan sampai 71 tahun lamanya . saya tidak mau kalah semangat dengan kulit kerucut mereka,Dengan tulisan inilah saya memaparkan semangat serta hadiah kemerdekaan saya terhadap hari kemerdekaan ini.
malam sehari sebelum hari kemerdekaan yang di tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia pada 17 Agustus 1945 sampai sekarang 17 Agustus 2016 , dengan atap dan lantai yang sederhana serta bulan yang menerangi malam kami, Kakek dan nenek ku menceritakan bahwa (sambil menghembuskan asap tembakau yang ia bakar) kemerdekaan iyalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka (dengan seriusnya aku mendengarkan sambil memeluk guling buatan nenek ku) penjajahan di atas dunia harus di hapuskan karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan prikeadilan, kembali saya mengingat perkataan pembina upacara membacakan UUD 45 yang sudah di amandemen .
pada saat saya duduk di masa pendidikan selama 12 tahun lamanya , entah saya salah satu dari mereka yang memaknai tulisan yang di sampaikan kepada pembina upacara pada saat itu, dan cerminan bagi seluruh rakyat Indonesia, setiap kali hari perayaan kemerdekaan tiba bagi seluruh rakyat Indonesia merayakan dengan penuh semangat sebagian dari perayaan tersebut mulai dari pemerintahannya hingga masyarakatnya memaknai subtansi atau hanya menjadikan tempat bisnis oleh kelompok - kelompok elit ..saya rasa Kakek dan nenek ku lah yang lebih paham pada efek para elit negara itu.
mengingat proklamator kemerdekaan bung Karno dan bung Hatta dkk, yang meneriakkan dan memproklamasikan hari kemerdekaan itu dengan suara yang lantang dan penuh keyakinan bahwa kemerdekaan yang mereka sampaikan betul - betul merdekaan dari sebuah penjajahan, mengingat kembali perjuangan Sukarno dkk pada konstelasi global yang menerpa Nusantara dengan di tolaknya negara - negara komunis sosialis yang mau bekerja sama dengan indonesia dan pada saat itu Sukarno tarik diri membawa negara Indonesia keluar dari lingkaran Persatuan Bangsa Bangsa karena tidak lagi sesuai dengan pemikiran Sukarno serta konflik konflik di dalamnya,(baca demokrasi terpimpin dan hubungan indonesia-cina)

Tetapi pada saat Soekarno jatuh sakit dan surat kudeta yang di terimah dari calon pemimpin RI pada saat itu (salah satu boneka dari tangan tangan ajaib negara kapitalis) . Sebut saja Bapak pembangunan, Pada saat rezim orde baru bapak pembangunan melakukan kebijakan untuk kembali kerja sama terhadap negara negara barat dan masuk dalam lingkaran Persatuan Bangsa bangsa, Kakek dan nenek ku merasakan efek dari kebijakan tersebut, yaaa mungkin Kakek dan nenek ku adalah cerminan dari efek bapak pembangunan ini,mereka melarat, dibunuh, di tindas, di perkosa, dan tidak ada kemerdekaan yang mereka rasakan , mungkin Kakek dan nenek ku merasakan sampai sekarang hal tersebut .
Tanah beta yang kaya akan sumber daya alam tetapi hanya menjadi kepentingan pribadi para marsose marsose negara kapitalis. contoh kongkrit kecil pada suatu negara sedang berkembang dimana kapitalis bekerja sama dengan negara ,dan negara lah yang menjadi fasilitator pada distribusi negara kapitalis , kapitalis membuat mobil dan negara membuatkan jalan , salah satu contoh fenomenal yang menjadi eksistensi dari para elit elit negara, Di mana kemerdekaan itu dimana perikemanusiaan dan prikeadilan itu ?(dengan nada tenor yang di keluarkan oleh Kakek dan nenekku)

Jawabannya ada pada regenerasi sekarang,
 
Tepat jam 2 pagi ayam berkokok menandakan matahari tidak lama lagi terbit dan Kakek nenekku mulai kehabisan tembakau , saya pun mulai merapikan tempat tidur , dan mulai istirahat sambil nunggu perayaan kemerdekaan yang penuh semangat ini, tidak sabar ku menunggu sorak sorai masyarakat serta semangat mereka dalam menjamuh 17 Agustus.

sampai jumpah di semangat kemerdekaan di tahun berikutnya, MERDEKAA!

PASMINA DAN HEGEMONI BARAT


Oleh : Arifin Zainuddin Laila


Kekayaan sebuah negara bukan terletak pada sumber daya alam yang melimpah, melainkan pada kualitas sumber daya manusianya,cMelihat kutipan di atas timbul pertanyaan di benak penulis, apakah negara kita bisa bangkit dari keterbelakangan,,? Sedangkan kondisi yang terjadi di negri kita saat ini, pemimpin atau para pejabat negara hanya sibuk memperkaya diri, korupsi bukan lagi pemandangan yang langkah di negri ini, ditambah pemuda - pemudi kita, sebagai generasi pelanjut tongkat estafet kepemimpinan, juga di sibukkan dengan hal - hal yang tidak produktif ..Upppzzzzzzt,,,,



Kata para pemuda - pemudi kekinian Mending cari tau film terbaru korea daripada mikirin negara. Atau paling tidak bedah bukunya diganti dengan majalah yang membahas tentang seputar dunia fhasion, Siapa tau habis pasmina terbit lagi pasmono, lama - lama jadi komo, lalu berubah menjadi sibodoh Hehehehe..Pantas saja negara kita di juluki negara konsumen, Apasih yang tidak laku di negri kita, yang penting itu masih dalam kategori impor, sikatttt aja browwww ,,,, dari pada kita dijuluki ndeso,,,, Ahhhhaaaa,,,,kain kafan digunting, lalu di pasarkan melalui media aja laku di indonesia. Hohoho Maaf yah bagi parah hijabers....

Sadar tidak sadar mental kita telah di bentuk oleh pengaruh - pengaruh barat, yang tidak lain hanya rekayasa guna melancarkan produk mereka di pasaran, dan indonesia di yakini sebagai peluang dalam hal memasarkan produk - produk mereka. Mengapa demikian,,? Itu tidak lain karna Sebagian besar dari kita sangat mendewakan barat, yang tertanam dalam kesadaran kita adalah bukan lagi bangkit lalu kemudian bersaing dengan mereka melainkan bagaimana bisa mengikuti budaya luar. Dunia pertama dan dunia ketiga sengaja di ciptakan. Dunia ketiga di beri pengertian sbagai negara miskin dn terbelakang, sementara negara dunia pertama di beri label sebagai negara industri maju dan modern Pandangan tersebut tanpa kita sadari Telah menjadi dogma bagi bangsa kita

Padahal sejarah mencatat bahwa, jauh sebelum peradaban barat maju, ada sebuah peraban yang lebih dulu maju, yakni NUSANTARA,  Kalau pembaca nggak percaya, monggo jalan - jalan ke candi borobudur..!!! Kalau barat punya orang-orang cerdas,pemikr hebat seperti adam smith, karlmax, jauh sebelumnya kita juga punya karaeng patingaloang, colek puji dll. Hehehe...Di era saat ini, persaingan bukan lagi antar negara, maupun antar kelompok, melainkan antar individu, mengingat produk kebijakan ekonomi dunia,, yang kita kenal dengan sebutan MEA, telah di berlakukan. Dan indonesia termasuk negara yang tergabung di dalamnya. maka pertanyaannya bagaimana kesiapan kita, melihat kondisi bangsa kita, terutama bagi sebagian besar pemuda - pemudi. 

Yang kita tau bahwa pemuda sebagai generasi penerus hanya disibukkan dengan hal - hal yang tidak produktif,,
Apakah negeri kita akan terus jadi negeri konsumtif, bukan sebagai negeri yang produktif,, Olehnya itu sebagai konsekwensi perubahan zaman kita di tuntut untuk menjadi manusia yang produktif, demi untuk mempertahankan kedudukan di tengah - tengah persaingan yang makin kompetitif. malam semakin larut dan rasa ngantukpun tak bisa tertahankan lagi, di tambah besok penulis kuliahnya pagi.Jadi penulis akhiri tulisan dengan sebuah kutipan "Bunuhlah waktumu dengan aktivasi produktif dan progresif, jangan engkau terbunuh waktu karena aktivitas yg mengasingkan rasionalitas"

MAHASISWA PROGRESIF ?


Oleh : Masyudi Martani Padang.

Pertama-tama, mari kita tundukkan kepala kita sejenak, mari merefleksikan diri serta merenungi kita ini sebenarnya golongan yang mana ? dan gerakan kita untuk apa serta bagaimana ?

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa mahasiswa merupakan manusia-manusia yang memiliki eksistensi yang sangat sakral didalam perubahan bangsa. bagaimana tidak, kehadiran bangsa ini dipelopori oleh beberapa mahasiswa yang dulu disebut "pemuda". yang bersekolah di STOVIA, hadirnya organisasi Budi Oetomo 20 mei 1908 yang didirikan oleh dr. sutomo dkk merupakan cikal bakal pemuda waktu itu terlibat dalam percaturan politik-ekonomi dan sosial bangsa ini serta diperingati sebagai Hari Kebangkita Nasional. dan dipertegas pula sikap pemuda waktu itu melalui kongres ke II pemuda dan mengeluarkan deklarasi "SUMPAH PEMUDA" pada tahun 28 oktober 1928. hingga peristiwa 1998 yang masih hangat didalam hati serta jiwa para mahasiswa saat ini.

Lalu pertanyaannya adalah masihkah mahasiswa Seprogresif dulu ? 

Realitanya dapat kita lihat bahwa adanya kemunduran mahasiswa saat ini, selain permasalahan tingkat kampus yang harus diselesaikan oleh mahasiswa sebagai penyelesaian studynya serta penekanan-penekanan yang dilakukan oleh beberapa oknum perguruan tinggi, contohnya tugas yang terlalu banyak sehingga menyebabkan mahasiswa menjadi seorang copy paste agar tugas-tugasnya cepat selelai. selain itu, penekanan bagi mereka yang mendapat Beasiswa pun juga diitimidasi oleh oknum-oknum kampus, pelarangan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan lembaga mahasiswa pun turut menyumbangkan kemunduran gerak dan pemikiran mahasiswa.

Bagaimanakah Mahasiswa Progresif itu ? 

Orang dapat dikatakan progresif ketika menyadari persoalan yang dihadapinya merupakan sesuatu yang melekat pada sistem yang ada (Status quo) "Muhammad Al-Fayyadl". Seorang yang dikonotasikan progresif selalu menyiapkan kemungkinan bagi lahirnya kebaruan, sehingga bersama-sama unsur yang terkait dia bekerja keras mendorong perubahan itu dari segala arah, yang pada gilirannya mendorong transisi dari sistem lama kekondisi dan situasi yang baru terjadi dengan tuntas dan mencapai impian serta cita-citanya. Angkatan 98' contohnya ketika berhadap-hadapan dengan Rezim Totaliter-otoriter Orde Baru, yang berpandangan bahwa Soeharto tidak dapat lagi menjalankan sistem pemerintahan maka dari itu perlu diakhiri untuk menyelamatkan Negara dari kehancuran. Mereke (angkatan 98') bersama-sama elemen lainnya menjadi pelatuk bagi tuntutan pembaharuan sistem secara menyeleruh atau biasa kita dengar dengan kata "REFORMASI". begitupula kalau kita melihat perjuangan angkatan-angkatan sebelumnya 45', 66', 74', hal progresif yang dilakukan mahasiswa angkatan tersebut adalah mampu melengserkan rezim-rezim dzolim dimasanya.

Yang perlu pula dicermati saat ini adalah perubahan arus dunia yang disebut dengan Era Globalisasi, saat ini kita telah dihimpit oleh dua Ideologi besar yaitu LIberalisme dan Fudamentalisme. Liberalisme adalah Ideologi pasar bebas yang dimana semangatnya adalah privatisasi dalam segala aspek kehidupan. Pada konteks politik misalkan ia mengajarkan paham tentang negara yang terbuka kepada mekanisme pasar bahkan menunddukan negara terhadap permintaan pasar, sehingga Sumber Daya Negara dapat diperjual belikan terlepas dari kepentingan negara bersangkutan. dalam dunia pendidikan pun tidak lepas dari proses Liberalisasi, Dunia pendidikan dalam era ini dijadikan sebagai Komoditas-komoditas atau perusahaan yang mencetak tenaga-tenaga ahli untuk siap memasuki pasar bebas, sehingga menyebabkan dunia pendidikan menjadikan Siswa-Mahasiswanya sebagai Objek dan bukan Subjek dari pengajaran yang ada, menjadikan manusia yang menempah ilmu jauh dari rasa Humanisnya, mungkin perlu kita lihat kembali pernyataan Paulo Friere yang mengatakan bahwa Dunia Pendidikan Melanggengkan apa yang ia sebut adalah Proses Dehumanisasi, Masyarakat secara Dogmatik dan Indoktinisasi menerima kebenaran atau ajaran secara Mutlak tanpa ada proses atau mekanisme untuk memahami makna sebab-musabab dari setiap ajaran yang ia pelajari. proses ini Paulo Freire katakan Sistem Pendidikan ala Gaya BANK. 

Dalam Dunia Agama, Liberalisme mendorong individualisme agama, menjadikan agama urusan pribadi yang lepas dari hubungan sosialnya, memangkas agama dari kaitannya dengan persoalan-persoalan stuktural masyarakat. banyak orang beranggapan bahwa Fudamentalisme hadir sebagai Reaksi atas Liberalisme, Lalu, Pertanyaan adalah bagaimana kita akan mencapai kebenaran ketika pikiran telah berpandangan Fudamentalis Mengajarkan Dogmatisasi dalam beragama, mendorong umat untuk kembali kepada ortodoksi agama secara kaku dan sempit. mengajarkan agama dengan jalan pemaksaan dan indoktrinisasi sehingga pada dasarnya bersifat Anti-Sosial dan Eksklusif. menundukkan masyarakat dengan kepatuhan ekepada satu otoritas tunggal, sehingga tidak memberi keluluasaan kepada masyarakat untuk membangun ijtihadnya secara kolektif ?

Lebih dari satu dekade berjalanannya Reformasi, kita menyaksikan pertarungan dua Ideologi ini, semakin tampak bahwa pertarungan keduanya berkutat pada kesibukan untuk memperdebatkan kebenaran agama, tanpa peduli apakah hal itu berdampak baik bagi masyarakat ataupun tidak. Pertarungan dua Ideologi ini sangat berpengaruh menambah keruyaman Sosial-politik-ekonomi yang terjadi dinegara saat ini. Lalu kemanakah Peran mahasiswa saat ini ketika Negara berhadapan dengan dua pertarungan Ideologi tersebut ? saat tulisan ini ditulis disalah satu media mengatakan bahwa sekitar 14 presiden BEM mendukung salah satu calon di PILKADA DKI DJAKARTA, yang seharusnya BEM merupakan wadah Mahasiswa ditingkat kampus harus Netral dalam bersikap tidak ikut mencampuri urusan perpolitikan apalagi sampai mendukung salah satu calon secara vulgar.

BEM, SENAT serta HIMPUNAN misalkan ditingkat kampus merupakan salah satu unsur peningkatan kualitas kampus tentu memiliki hak untuk terlibat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di kampus. Hak yang dimaksud bukan hanya dimaknai bahwa mahasiswa berhak mendapatkan pendidikan yang layak dengan ruangan belajar yang nyaman, wc yang tidak tersumbat, atau perpustakaan yang penuh dengan referensi yang menyegarkan. Tapi, mahasiswa juga berhak untuk terlibat dalam merumuskan kebijakan yang mendukung dalam peningkatan kualitas intelektual, serta terlibat dalam mentransformasikan dan memperbarui sistem pendidikan yang diterapkan agar sesuai dengan konteks zaman. Singkatnya, mahasiswa sebagai bagian dari kampus menjadi pelaku aktif dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang mencerahkan dan mencerdaskan. Menurut David Harvey yang menjelaskan tentang hak atas kota yang sudah diracuni oleh perkembangan kapitalisme-liberal. Hak atas kampus merupakan upaya merebut kontrol atas kampus sebagai upaya perjuangan kelas yang revolusioner. Pembangunan gerakan sosial yang progresif, massif, terorganisir, dan tersistematis menjadi sangat penting untuk merebut kembali hak atas kampus. Perspektif ini memberikan pandangan baru bahwa pengambil kebijakan tertinggi di kampus adalah semua unsur itu sendiri, termasuk di dalamnya mahasiswa, yang dengan aktif berpartisipasi secara kolektif. Dengan demikian, usaha merebut hak atas kampus merupakan bagian dari perjuangan kelas yang revolusioner, yang harus dibangun oleh gerakan mahasiswa.

Lalu, itukah yang dimaksud Sebagai Mahasiswa Progresif ?
Wallahuwalam Bisshawab.

Salam Mahasiswa !!!
Palopo, 11 September 2016




Senin, 05 September 2016

SEKAPUR SIRIH : KEDAULATAN


Oleh : Masyudi Martani Padang

Kita sering mendengar kata "Kedaulatan", Berdaulat ataupun Kedaulatan Berada ditangan Rakyat. Menurut Penafsiran Kamus Besar Bahasa Indonesia Berdaulat diartikan "Mempunyai Kekuasaan tertinggi atas suatu pemerintahaan negara dan daerah". Maka apabila kita mengucap kata Kedaulatan Rakyat maka kita sampai kepada pengertian bahwa kekuasaan tertinggi dalam negara ada berada Rakyatnya. Namun apabila kita telisik lebih dalam kedaulatan merupakan konsepsi yang abstrak tetapi menjadi faktor yang sangat penting dalam tata kelola sebuah sistem bernegara, dan kedaulatan menjadi suatu paradoks, disatu sisi kita sebagai sebuah negara-bangsa tak mungkin menjadi benar-benar berdaulat akan tetapi disisi lain ada kerinduan yang mendalam untuk menjadi benar-benar berdaulat.
Saya pernah membaca di salah satu media Sosial (FB), yang menguraikan pemikiran Jean Boudin (Bapak Kedaulatan Modern). dalam wall tersebut dijelaskan bahwa Boudin mengabstraksikan imajinasi panjang tentang masa depan sebuah negara tetapi realitas yang kemudian muncul adalah kedaulatan hanya berada dalam kerangka Teoritis belum menjadi hal yang bersifat praksis. apabila kita mengiring kedalam kontek indonesia, kedaulatan minimal memenuhi syarat sesuai dengan syarat terbentuknya suatu negara (ada rakyat, wilayah, kedaulatan dan pengakuan dari negara lain).
Dari Aspek sejarah sendiri bisa kita lihat bahwa Kedaulatan selalu menjadi wilayah perebutan, indonesia sendiri mengalami problem yang kompleksitas, menjadi negara pinggiran yang khas secara sosio-kultur dan juga relegius, memiliki warisan kultural serta menjadi pertemuan perdaban besar dunia. pada sisi lebih yang kecil, kedaulatan menjadi sangat ironi karena dengan mencapai kedaulatan itu negara Rela "menyakiti" negaranya sendiri, negara selalu memaksakan kehendaknya dengan janji kemakmuran dan kesejahteraan rakyat namun malah bertindak sebaliknya.
Sejarah mencatat dalam mencapai kedaulatan dalam indonesia bisa kita lihat ketika para pemuda pada pra-kemerdekaan yang mampu merebut kedaulatan dari para penjajah dan menjadi klimaksanya ketika dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945. romansa itu mungkin saat ini hanya menjadi romantisme sejarah dan satu hal yang tentunya kita tidak ingingkan adalah membiarkan naskah dan peninggalan sejarah itu hanya menjadi artefak bisu atau menjalani realitas tanpa makna.
ketika keran Kesegaran angin demokrasi terbuka sejak 1998 ditandai dengan runtuhnya OrdeBaru yang otoriter-totaliter, ternyata tidak menjadi habitus elit indonesia sebagai pembelajaran, justru hal tersebut melahirkan pertanyaan apakah kita benar-benar berdaulat saat ini ? ataukah kita akan terus berjuang ditengah situasi internal saat ini yang masih belum selesai katakanlah dibidang ekonomi masih berjamurnya kemiskinan dan pengangguran, bidang budaya adanya Krisis identitas yang masih berlangsung, disistem pemerintahaan maraknya praktek KKN, ancaman disintregrasi dan keamanan dalam masyarakat, belum lagi permasalahan eksternal hegemoni globalisasi dan ekspansi pasar bebas.
KH.Abdurrahman Wahid berpendapat dalam tulisannya "Masa Depan Demokrasi Indonesia" yang menegaskan konsistensi akan aturan termasuk pengaturan lembaga pemerintahan yang beriorentasi pada pembagian tanggung jawab untuk kolektifitas kebangsaan, meneguhkan kearifan lokal yaitu musyawarah dan mufakat. ini adalah manifestasi dari keinginan bersama untuk memecahkan problematika bangsa secara bersama-sama, dan ini pula arti spirit Gotong Royong yang sering di lontarkan oleh Bung Karno. poin ini pun telah ada di sila ke 4 pancasila.
Melihat pada sisi kearifan lokal, indonesia sendiri dikenal dengan kesantunan budaya timur, hal ini menjadi bermakna apabila dimanifestasikan dalam tata kelola kehidupan berbangsa dan bernegara, politiknya adalah politik hati nurani namun memiliki ketegasan, sehingga kedaulatan akan menjadi kemerdekaan yang sesungguh-sungguhnya serta menjadikan kedaulatan bermakna filosofis yang mesti diyakini sebagai iktiyar kesejahteraan rakyat, dikarenakan subtansi kedaulatan adalah kesejahteraan itu sendiri dan hal ini merupakan maklumat secara tegas dalam pembukaan UUD 1945 yaitu merdeka, berdaulat, adil dan Makmur.
Wallahuwalam bissawab.