Senin, 02 Mei 2016

SEKEDAR PENDAPAT TENTANG DUNIA PENDIDIKAN





Oleh : Masyudi Martani Padang

"Katamu Pendidikan Adalah Aset Bangsa. Namun, Bagiku Pendidikan Bukan Hanya Sampai Dipendefisian Kata. Cukup, Jangan Jadikan Dunia Pendidikan Sebagai Komoditas Jasa yang bagimu sangat Menguntungkan. Namun, Bagiku Adalah Pembodohan dan Penindasan" (B)


Diera yang semakin Canggih (Globalisasi) tiap Individu-individu Berlomba-lomba menyempurnakan Atribut-Atribut Pribadi dengan Nama, Pangkat-Jabatan dan Harta-Gelar. Kaum intelektual-Akademisi pun tidak mau kalah dengan yang lainnya, mereka melengkapi Nama Besar mereka dengan Gelar Akademisi sebagai tanda kedalaman ilmu yang ia dapat dari suatu perguruan tinggi, yah tidak apa-apa dikarenakan Gelar Akademisi Strata I pun juga semakin sulit mendapatkan Pekerjaan, terbukti dengan Banyaknya Strata I yang menganggur (Selain Kurangnya Pemenuhan Kebutuhan Strata I di bidang pekerjaan, Nampak juga Arus Persaingan yang meliputi). adapula yang melengkapi Nama Besarnya dengan Gelar Akademisi semata-semata untuk mengumpulkan Harta Sebanyak-Banyaknya demi kemapanan dan kenikmatan hidupnya.

Pemikiran Pragmatis yang telah berkembang diawali dengan Lahirnya ilmu-ilmu Berazaskan "Materialisme-Empirisme-Rasionalisme serta Positivisme" yang menjadi Azas ilmu pengetahuan Modern. Oleh karena ilmu pengetahuan menjadi alat utama dalam memperoleh kesuksesan material dalam hidup, kaum intelektual telah melepaskan diri dari tugas utama mereka sebagai anak-anak bangsa yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi kaum intelektual yang bertujuan mengendarai ilmu mereka dalam memperkaya diri sendiri. Filsafat pragmatisme lahir dengan definisi bahwa suatu tindakan yang dilakukan adalah benar jika hal itu bermanfaat atau menghasilkan sesuatu bagi manusia. Pragmatis bagaikan uang yang memiliki dua sisi seperti paham-paham yang lain, pragmatisme dapat melahirkan tatanan masyarakat yang begitu arogan, egois, narsis, dan mau menang sendiri karena pada dasarnya manusia cenderung memikirkan dirinya sendiri sebagai acuan dari banyak tindakannya. Apalagi Setiap Manusia Kodratinya Ingin Tauh-"Penasaran" (Aristoteles).

Secara Umum semua mengetahui bahwa pengkiblatan nilai-nilai dan tatanan masyarakat yang bercondong ke barat juga berdampak dalam ruang lingkup akademis. Upaya-upaya negara maju dalam mengendalikan masyarakat negara berkembang dengan merubah dan menseragamkan cara berfikir masyarakat telah berhasil dicapai dalam bidang pendidikan. penyeragaman Pemikiran dimulai dengan sejak Saat seorang Anak duduk dibangku Sekolah, dimana semua presepsi kebenaran mutlak ditanamkan Disiswa-siswa sejak Duduk dibangku Sekolah yang tidak diberikan kebebasan berfikir dan bertindak, suatu tatanan yang bersifat Doktrinisasi Keseragaman demi menghapus Independensi yang dimiliki generasi baru untuk selalu berkiblat ke Barat (untuk mencetak Ribuan Pekerja, Buruh dengan Upah murah). Kecendrungannya Dunia Pendidikan selalu dijadikan sebagai Komoditas dibidang Jasa yang sangat Menguntungkan, Selain Semaraknya Proyek Komersialisasi yang dilakukan Pihak Sekolah untuk memenuhi kebutuhan Elitisnya (contohnya, Semakin Tingginya Pembayaran Siswa disekolah-sekolah)

Pentingnya bagi para intelektual-intelektual negeri ini untuk lepas dari jeratan hegemoni barat khususnya dalam dunia pendidikan adalah demi menciptakan suatu sistem dan wacana-wacana yang lebih independen demi keselarasan kehidupan masyarakat negeri ini, yang tentu saja sesuai dengan kebutuhan dan kerakter tatanan sosial yang dapat melahirkan ilmu yang bermanfaat dan bukan ilmu tentang permasalahan-permasalahan abstrak yang coba diselesaikan oleh logika matematis, filsafat moral barat, psikologi masyarakat barat ataupun teori ekonomi barat, yang tidak selalu ditemukan dalam realita hidup para calon masyarakat negeri ini.

Selain itupula, Setiap Pergantian Tampuk kekuasaan dinantikan dengan kecemasan karena Setiap Mentri memiliki Formulasi Kurikulum yang berbeda-beda (lain pula dengan sarana dan Prasarana yang sangat memprihatinkan), tanpa disadari setiap perubahan sangat mempengaruhi Praksis Pendidikan tersebut, terbukti pernyataan Pemerintah bahwa Praksis Pendidikan sebagai bagian dari Pembangunan Bangsa hanya sekedar Slogan. Munculnya Prestasi-prestasi yang gemilang dari anak muda ditingkatan Internasional, menjamurnya Peneliti-peneliti muda, merupakan "Mutiara-mutiara" yang tampil ditengah Lumpur Praksis Pendidikan yang minus Visi. Apalagi kalau kita melihat salah satu alasan Berdirinya Bangsa dan negara indonesia adalah mencerdaskan Segala Bangsa. kurangnya Investasi dalam Bidang Pendidikan serta ketidakpedulian Pemerintah merupakan Kenyataan yang pahit dalam Dunia Pendidikan itu sendiri Ditengah dunia yang semakin Kompetitif, Masalah-Masalah Didunia Pendidikan haruslah menjadi Perhatian serius karena ini merupakan Pekerjaan Rumah yang besar dalam Menyelesaikan Masalah Kebodohan dan Kemisikinan Bangsa.

(Selamat Memperingati HARDIKNAS 02 Mei 2016)

Palopo, 30 April 2016 : 23.26