Oleh : Masyudi Martani Padang
"Katamu Pendidikan Adalah Aset Bangsa. Namun, Bagiku Pendidikan Bukan Hanya Sampai Dipendefisian Kata. Cukup, Jangan Jadikan Dunia Pendidikan Sebagai Komoditas Jasa yang bagimu sangat Menguntungkan. Namun, Bagiku Adalah Pembodohan dan Penindasan" (B)
Diera yang semakin Canggih
(Globalisasi) tiap Individu-individu Berlomba-lomba menyempurnakan
Atribut-Atribut Pribadi dengan Nama, Pangkat-Jabatan dan Harta-Gelar.
Kaum intelektual-Akademisi pun tidak mau kalah dengan yang lainnya,
mereka melengkapi Nama Besar mereka dengan Gelar Akademisi sebagai tanda
kedalaman ilmu yang ia dapat dari suatu perguruan tinggi, yah tidak
apa-apa dikarenakan Gelar Akademisi Strata I pun juga semakin sulit
mendapatkan Pekerjaan, terbukti dengan Banyaknya Strata I yang
menganggur (Selain Kurangnya Pemenuhan Kebutuhan Strata I di bidang
pekerjaan, Nampak juga Arus Persaingan yang meliputi). adapula yang
melengkapi Nama Besarnya dengan Gelar Akademisi semata-semata untuk
mengumpulkan Harta Sebanyak-Banyaknya demi kemapanan dan kenikmatan
hidupnya.
Pemikiran Pragmatis yang telah berkembang diawali
dengan Lahirnya ilmu-ilmu Berazaskan
"Materialisme-Empirisme-Rasionalisme serta Positivisme" yang menjadi
Azas ilmu pengetahuan Modern. Oleh karena ilmu pengetahuan menjadi alat
utama dalam memperoleh kesuksesan material dalam hidup, kaum intelektual
telah melepaskan diri dari tugas utama mereka sebagai anak-anak bangsa
yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi kaum intelektual
yang bertujuan mengendarai ilmu mereka dalam memperkaya diri sendiri.
Filsafat pragmatisme lahir dengan definisi bahwa suatu tindakan yang
dilakukan adalah benar jika hal itu bermanfaat atau menghasilkan sesuatu
bagi manusia. Pragmatis bagaikan uang yang memiliki dua sisi seperti
paham-paham yang lain, pragmatisme dapat melahirkan tatanan masyarakat
yang begitu arogan, egois, narsis, dan mau menang sendiri karena pada
dasarnya manusia cenderung memikirkan dirinya sendiri sebagai acuan dari
banyak tindakannya. Apalagi Setiap Manusia Kodratinya Ingin
Tauh-"Penasaran" (Aristoteles).
Secara Umum semua mengetahui
bahwa pengkiblatan nilai-nilai dan tatanan masyarakat yang bercondong ke
barat juga berdampak dalam ruang lingkup akademis. Upaya-upaya negara
maju dalam mengendalikan masyarakat negara berkembang dengan merubah dan
menseragamkan cara berfikir masyarakat telah berhasil dicapai dalam
bidang pendidikan. penyeragaman Pemikiran dimulai dengan sejak Saat
seorang Anak duduk dibangku Sekolah, dimana semua presepsi kebenaran
mutlak ditanamkan Disiswa-siswa sejak Duduk dibangku Sekolah yang tidak
diberikan kebebasan berfikir dan bertindak, suatu tatanan yang bersifat
Doktrinisasi Keseragaman demi menghapus Independensi yang dimiliki
generasi baru untuk selalu berkiblat ke Barat (untuk mencetak Ribuan
Pekerja, Buruh dengan Upah murah). Kecendrungannya Dunia Pendidikan
selalu dijadikan sebagai Komoditas dibidang Jasa yang sangat
Menguntungkan, Selain Semaraknya Proyek Komersialisasi yang dilakukan
Pihak Sekolah untuk memenuhi kebutuhan Elitisnya (contohnya, Semakin
Tingginya Pembayaran Siswa disekolah-sekolah)
Pentingnya bagi
para intelektual-intelektual negeri ini untuk lepas dari jeratan
hegemoni barat khususnya dalam dunia pendidikan adalah demi menciptakan
suatu sistem dan wacana-wacana yang lebih independen demi keselarasan
kehidupan masyarakat negeri ini, yang tentu saja sesuai dengan kebutuhan
dan kerakter tatanan sosial yang dapat melahirkan ilmu yang bermanfaat
dan bukan ilmu tentang permasalahan-permasalahan abstrak yang coba
diselesaikan oleh logika matematis, filsafat moral barat, psikologi
masyarakat barat ataupun teori ekonomi barat, yang tidak selalu
ditemukan dalam realita hidup para calon masyarakat negeri ini.
Selain itupula, Setiap Pergantian Tampuk kekuasaan dinantikan dengan
kecemasan karena Setiap Mentri memiliki Formulasi Kurikulum yang
berbeda-beda (lain pula dengan sarana dan Prasarana yang sangat
memprihatinkan), tanpa disadari setiap perubahan sangat mempengaruhi
Praksis Pendidikan tersebut, terbukti pernyataan Pemerintah bahwa
Praksis Pendidikan sebagai bagian dari Pembangunan Bangsa hanya sekedar
Slogan. Munculnya Prestasi-prestasi yang gemilang dari anak muda
ditingkatan Internasional, menjamurnya Peneliti-peneliti muda, merupakan
"Mutiara-mutiara" yang tampil ditengah Lumpur Praksis Pendidikan yang
minus Visi. Apalagi kalau kita melihat salah satu alasan Berdirinya
Bangsa dan negara indonesia adalah mencerdaskan Segala Bangsa. kurangnya
Investasi dalam Bidang Pendidikan serta ketidakpedulian Pemerintah
merupakan Kenyataan yang pahit dalam Dunia Pendidikan itu sendiri
Ditengah dunia yang semakin Kompetitif, Masalah-Masalah Didunia
Pendidikan haruslah menjadi Perhatian serius karena ini merupakan
Pekerjaan Rumah yang besar dalam Menyelesaikan Masalah Kebodohan dan
Kemisikinan Bangsa.
(Selamat Memperingati HARDIKNAS 02 Mei 2016)
Palopo, 30 April 2016 : 23.26